Saturday, April 18, 2009

Hari Bumi Tanpa Arti

Setiap tahun pada 22 April Hari Bumi diperingati "tanpa arti". Ya, memang setiap tahun kelompok masyarakat, terutama mahasiswa dan aktivis yang peduli pada pelestarian lingkungan memperingati hari istimewa ini. Tapi sayangnya mereka banyak yang tidak paham pada sebuah hal penting, yaitu penyebab sesungguhnya pemanasan udara ini dalam skala kecil, dan riil. Sehingga mereka memperingati Hari Bumi tanpa hasil sama sekali. Nggak ngefek sama sekali pada pelestarian lingkungan. Setelah Hari Bumi berlalu, masih saja banyak perusakan lingkungan.

Tahukah Anda siapa biang kerok penyebab panas bumi ini? Ya perusak lingkungan! Terus, siapakah sang perusak lingkungan itu? Bagaimanakah sang perusak lingkungan itu melakukan aksinya? Hal-hal riil inilah yang tidak dipahami mahasiswa dan aktivis lingkungan. Mereka hanya teriak-teriak : Bumi Menangis!, Bumi Makin Tua! Stop Global Warming! dan sebagainya.
Dengan jargon-jargon ini terang saja bumi tidak makin tertolong. Perusakan masih saja membabi-buta. Perambahan hutan masih saja tambah gila.

Perusakan hutan, sungai, atau perusakan alam lainnya terus dilakukan karena tidak ada tekanan yang kuat dari masyarakat untuk menyetopnya. Mengapa? Karena masyarakat sendiri tidak paham mengenai lingkungan itu sendiri. Sehingga bila ada yang merusak, mereka diam saja karena tidak mengerti. Sama tidak mengertinya seperti mahasiswa yang hanya teriak-teriak saja.

Tahukah Anda kalau para oknum walikota, Bupati, Gubernur atau pejabat pusat adalah perusak alam pertama yang terbesar? Harus tahu, dong. Misalnya begini, seorang walikota di suatu daerah karena ingin dapat komisi pribadi yang jumlahnya besar, lantas nekad dan tanpa tahu malu, "menjual" ( kata lain dari : mengalihfungsikan lahan, atau memberi izin tanpa hak) jalur hijau atau lapangan atau ruang terbuka hijau. Dampaknya, paru-paru kota berkurang, peresapan air hujan berkurang dan seterusnya. Sementara itu si oknum pejabat diatas, dengan enaknya menikmati uang komisi dari pengusaha yang dapat tanah itu.

Tahukah anda, dengan ditebangnya pohon-pohon dan berkurangnya ruang terbuka akan menimbulkan dampak besar. Padahal pohon-pohon itu berfungsi sebagai penyerap panas dan penyerap udara kotor pada saat siang hari yang terik. Jadi kalau pohon-pohon berkurang, berarti penyerap panas dan udara kotor menjadi berkurang atau tidak ada lagi.

Sebagian besar dari Anda, saya yakin, banyak yang tidak tahu hal ini karena nyatanya Anda membiarkan saja walikota, bupati gubernur memberi izin alih fungsi tanpa pertimbangan lingkungan. Hanya dengan pertimbangan duit saja untuk pribadinya.

Kalau ada oknum pejabat yang suka menjual-jual lapangan, ruang terbuka hijau, menukar aset negara yang banyak pohonnya, ya harus dilawan. Jangan dipilih lagi. Atau partainya jangan dipilih lagi karena beliau ini anti lingkungan dan mematikan kehidupan.

No comments:

Post a Comment