Saturday, May 2, 2009

HARI BUMI LEWAT BEGITU SAJA : SELAMANYA

Hari Bumi yang kita tinggalkan 10 hari lalu, 22 April, berlalu begitu saja tanpa ada pengaruh pada kesadaran kita untuk merawat bumi. Kita acuh tak acuh. Sebagian besar dari kita masih bodoh untuk menyadari kerusakan demi kerusakan yang terjadi pada tempat tinggal kita, tempat hidup dan mati kita.

Dari tahun ke tahun event (maaf saya pakai kata ini untuk mengkritisi wartawan-wartawan/ penulis muda yang sok pakai bahasa Inggris, tapi akhirnya salah. Menggelikan, mereka suka bergaya dengan memakai kata peristiwa dalam Bahasa Inggris dengan memilih even (yang artinya bahkan)) Hari Bumi lewat begitu saja tanpa arti. Kalau pun ada yang peduli, itu adalah wartawan. Kita? Masih terlalu bodoh untuk menjadi manusia karena mengabaikan ikhtiar untuk mempertahankan kelangsungan hidup kita sendiri yang nantinya akan digantikan anak-cucu kita.

Bodoh sekali kita kalau membiarkan pemerintah, legislatif , penguasa lainnya berkongkalikong dengan pengusaha untuk membabat hutan, ruang terbuka hijau untuk kepentingan perut mereka. Sementara itu lingkungan kita hancur, banjir, panas atau bencana lainnya mengancam.

Sudahlah, kalau ingin tahu bagaimana menyambut Hari Bumi dengan bermakna, buatlah kegiatan untuk meneliti, investigasi dan mengkritik penguasa. Para pengusa ini, mulai dari lurah, camat, bupati, walikota, gubernur sampai menteri, presiden dan DPR, kita jadikan obyek penelitian : apakah mereka merusak lingkungan atau tidak. Misalnya saja, walikota X, apakah selama berkuasa Ia suka menjual ruang terbuka hijau atau tidak. Atau, anggota dewan dari partai X suka membuat kebijakan yang merusak hutan atau tidak. Kalau jawabannya, ya, kita segera koreksi, dan kalau mencukupi unsur melawan hukum, ya ajukan ke pengadilan.

Namun, yang penting adalah juga memblow-up kasus ini ke permukaan sekuat mungkin, baik lewat media massa, juga lewat upaya lain, misalnya memberitahu rakyat luas. Sehingga dengan meluasnya informasi ini, tekanan terhadap bupati, walikota atau pejabat yang suka menebang pohon, menjual ruang terbuka hijau, makin kuat dan meluas. Jangan pilih lagi mereka, atau jangan pilih kadernya di partai, atau ajukan ke pengadilan secara perdata dan pidana. Misalnya dengan tuntutan pembatalan SK pejabat yang berhubungan dengan pengusaha itu.