Tuesday, April 21, 2009

tanamlah pohon, jangan tebang sembarangan

Dalam kesempatan memperingati Hari Bumi 22 April, ada setidaknya 2 cara sederhana yang baik dilakukan, yaitu 1. Menanam pohon pelindung/ buah-buahan di halaman rumah kita masing-masing, 2. Memberi tahu pada tetangga/ teman kita akan manfaat pohon buat kehidupan manusia, termasuk nasehat untuk tidak sembarangan menebang pohon.

Dengan makin banyaknya pohon ditanam, tentu akan makin menyegarkan udara dan pemandangan. Selain itu juga, menanam pohon akan makin menyuburkan tanah, pohon akan menyimpan air hujan di dalam tanah sehingga keberadaan air tanah masih bisa dipertahankan.

Nah, jika Anda sudah membaca tulisan ini, beritahu teman-teman atau tetangga Anda, dan mulailah menanam pohon, jangan sembarangan menebang pohon kalau tidak terpaksa. Tegurlah walikota atau Dinas Pertamanan kalau mereka menebang pohon sembarangan. Sebab dalam kasus ini tidak sedikit oknum Dinas dan Pemda ini menjual/ memanfaatkan wewenangnya untuk menebang pohon sembarangan dengan menjual kayunya.

Oknum-oknum ini punya banyak trik, antara lain mematikan pohon-pohon tertentu (tanpa sepengetahuan orang, tentunya). Atau juga menghasut orang-orang tertentu dengan motif uang dari penjualan kayu, agar pohon di sekitar lingkungan rumahnya dipotong saja. Jangan segan-segan menulis di media massa.

Coba bayangkan, di sekitar rumah Anda, jika semua orang pada menebang pohon di halaman rumah atau di pinggir jalan. Yang ada cuma tanaman bunga, perdu atau rumput saja. Mau berteduh di mana bila Anda siang hari kepanasan? Tentu di dalam rumah. Apakah Anda tidak mengerti bahwa ketika pada siang hari panas matahari itu diserap oleh daun-daun, dan ketika itu terjadi proses "pemasakan" air di pohon yang menghasilkan zat-zat berguna bagi kehidupan?

Saat pohon "memasak" air dan zat-zat dari dalam bumi, serta zat-zat dari udara, itulah pohon menghasilkan zat yang berguna bagi kehidupan Anda, yaitu antara lain oksigen (udara segar), serta daun serta buah segar dari pohon itu sendiri. Dari rangkaian inilah manusia bisa hidup.

Jadi kalau Anda seenaknya saja menebang pohon, atau enggan menanam pohon, berarti sama saja Anda makin mempersulit kehidupan ini. Secara sederhana Anda akan ikut serta membuat bumi makin panas (global warming-pemanasan global). Anda juga makin memperburuk kehidupan dengan berkurangnya persediaan air di bawah di bawah tanah akibat pohon-pohon ditebangi, dan diganti dengan lantai tegel keramik atau aspel.

Jika pohon makin habis, ketika hujan, air hujan tidak akan terserap ke dalam tanah karena tidak ada akar pohon, tanah ditutup aspal, semen beton, atau lantai keramik. Akibatnya, air hujan kumpul ke suatu tempat yang rendah : selokan, gorong-gorong, sungai secara liar dan cepat karena tidak terserap bumi. Akhirnya, banjir itulah. Paham? Harus paham dong! Masak, kambing saja mengerti kalau pohon-pohon pelindung mengeluarkan udara segar pada siang hari, sehingga mereka berlindung di bawah pohon ketika siang yang panas.

Saturday, April 18, 2009

Hari Bumi Tanpa Arti

Setiap tahun pada 22 April Hari Bumi diperingati "tanpa arti". Ya, memang setiap tahun kelompok masyarakat, terutama mahasiswa dan aktivis yang peduli pada pelestarian lingkungan memperingati hari istimewa ini. Tapi sayangnya mereka banyak yang tidak paham pada sebuah hal penting, yaitu penyebab sesungguhnya pemanasan udara ini dalam skala kecil, dan riil. Sehingga mereka memperingati Hari Bumi tanpa hasil sama sekali. Nggak ngefek sama sekali pada pelestarian lingkungan. Setelah Hari Bumi berlalu, masih saja banyak perusakan lingkungan.

Tahukah Anda siapa biang kerok penyebab panas bumi ini? Ya perusak lingkungan! Terus, siapakah sang perusak lingkungan itu? Bagaimanakah sang perusak lingkungan itu melakukan aksinya? Hal-hal riil inilah yang tidak dipahami mahasiswa dan aktivis lingkungan. Mereka hanya teriak-teriak : Bumi Menangis!, Bumi Makin Tua! Stop Global Warming! dan sebagainya.
Dengan jargon-jargon ini terang saja bumi tidak makin tertolong. Perusakan masih saja membabi-buta. Perambahan hutan masih saja tambah gila.

Perusakan hutan, sungai, atau perusakan alam lainnya terus dilakukan karena tidak ada tekanan yang kuat dari masyarakat untuk menyetopnya. Mengapa? Karena masyarakat sendiri tidak paham mengenai lingkungan itu sendiri. Sehingga bila ada yang merusak, mereka diam saja karena tidak mengerti. Sama tidak mengertinya seperti mahasiswa yang hanya teriak-teriak saja.

Tahukah Anda kalau para oknum walikota, Bupati, Gubernur atau pejabat pusat adalah perusak alam pertama yang terbesar? Harus tahu, dong. Misalnya begini, seorang walikota di suatu daerah karena ingin dapat komisi pribadi yang jumlahnya besar, lantas nekad dan tanpa tahu malu, "menjual" ( kata lain dari : mengalihfungsikan lahan, atau memberi izin tanpa hak) jalur hijau atau lapangan atau ruang terbuka hijau. Dampaknya, paru-paru kota berkurang, peresapan air hujan berkurang dan seterusnya. Sementara itu si oknum pejabat diatas, dengan enaknya menikmati uang komisi dari pengusaha yang dapat tanah itu.

Tahukah anda, dengan ditebangnya pohon-pohon dan berkurangnya ruang terbuka akan menimbulkan dampak besar. Padahal pohon-pohon itu berfungsi sebagai penyerap panas dan penyerap udara kotor pada saat siang hari yang terik. Jadi kalau pohon-pohon berkurang, berarti penyerap panas dan udara kotor menjadi berkurang atau tidak ada lagi.

Sebagian besar dari Anda, saya yakin, banyak yang tidak tahu hal ini karena nyatanya Anda membiarkan saja walikota, bupati gubernur memberi izin alih fungsi tanpa pertimbangan lingkungan. Hanya dengan pertimbangan duit saja untuk pribadinya.

Kalau ada oknum pejabat yang suka menjual-jual lapangan, ruang terbuka hijau, menukar aset negara yang banyak pohonnya, ya harus dilawan. Jangan dipilih lagi. Atau partainya jangan dipilih lagi karena beliau ini anti lingkungan dan mematikan kehidupan.